Dari Museum Bali, Meruntun Sejarah Pulau Dewata
Berwisata ke Bali dan hanya berkutat pada wisata pantai dan asyik masyuk berbelanja kain Bali, rasanya sedikit menjenuhkan. Anda juga perlu menjajal konsep wisata berbeda yang tidak hanya memanjakan mata dan hati Anda dengan panorama yang memukau tetapi juga dengan memberi Anda pengetahuan soal kisah panjang dari tanah Bali ini sendiri. Tak ada salahnya menjadi lebih tau selama liburan kan? Dan untuk itu Anda perlu singgah sejenak ke museum Bali di kawasan Badung.
Bertempat tepat di hadapan lapangan Puputan Badung di kawasan kota tua Denpasar, museum ini terbilang mudah Anda temukan dan mudah pula Anda kenali. Bangunan aslinya adalah sebuah istana kuno kerajaan Badung masa lampau, jadi Anda bisa dengan cepat mengenali gapura bentar yang tinggi dan megah.
Pada masa lalu, kerajaan Badung dikuasai oleh Belanda setelah perang puputan Badung dan membuat istana ini jatuh ke tangan penjajah. Rupanya penjajah melihat istana ini sebagai sebuah pesona tersendiri dan merasa sayang bila hanya difungsikan sebagai kantor pemerintahan belaka.
Jadilah dengan bantuan arsitektur asal Jerman Kurt Grundler denga dibantu dua tokoh arsitektural bangunan klasik Bali masa itu, I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Bandel Belanda merombak istana ini menjadi museum yang menyajikan informasi mengenai kebudayaan Bali dari masa pra sejarah. Hingga kini koleksi dari museum ini terus diperbaharui untuk memberi gambaran lebih lengkap dari masa ke masa kehidupan dan tradisi Bali.
Memasuki kawasan museum Anda akan disapa oleh sebuah menara tinggi sarat ukiran khas Bali yang sepertinya pernah terbakar. Tetapi meski demikian, bangunan ini mengirim aura dan nuansa tradisional Bali semakin kuat, bahkan di langkah pertama Anda memasuki kawasan museum. Di sini Anda akan membayar retribusi sebesar Rp 5.000 untuk mengarungi seluruh ruangan dalam museum.
Kompleks museum terdiri dari tiga bagian utama, yakni sisi Jaba sisi (halaman luar), Jaba tengah (sisi tengah) dan Jeroan (sisi dalam). Pada sisi dalam terdapat 4 paviliun yang menjadi unit pameran barang koleksi, diorama dan berbagai informasi terkait budaya dan sejarah Bali.
Pada pavilion pertama Anda akan bertemu dengan Gedung Timur, gedung baru ini adalah ruang pamer berbagai peninggalan prasejarah koleksi museum. Mulai dari sarkofagus, artefak, berbagai barang peninggalan sejak masa megalitik sekitar 500 SM. Di sini juga dipamerkan beberapa koleksi dari kerajaan kuno seperti berbagai mata uang emas dan perak, koleksi guci dan berbagai ukiran perunggu.
Pada gedung timur ini pula di pamerkan berbagai hal terkait perang Puputan Badung, seperti tombak perang, pedang dan berbagai tameng perang dan berbagai penggambaran mengenai situasi perang pada masa itu. Di lantai dua terdapat beberapa koleksi lukisan klasik kisah pewayangan dengan media kulit. Juga terdapat berbagai ukiran tradisional khas Bali dengan berbagai bahan mulai dari kayu, batu sampai gading gajah.
Untuk yang satu ini rasanya Anda akan dibuat terkagum-kagum, pasalnya gading gajah berukuran panjang 2 meter ini dihiasi ukiran padat dalam ukuran kecil dengan detil yang sangat tajam menggambarkan kisah riwayat Ramayana.
Selepas Anda puas menikmati koleksi di Gedung Timur Anda akan keluar dan kemudian Anda akan bertemu dengan taman kamboja yang meneduhkan perjalanan Anda menyusuri museum ini. Kawasan ini biasa digunakan pengunjung untuk sekedar beristirahat. Taman ini merupakan pintu masuk menuju area Jeroan yang sebenarnya.
Seperti apa area Jeroan ini? Anda bisa menambah wawasan Anda dengan mengikuti lanjutan dari ulasan mengenai museum Bali ini di sini.
Baca juga : Pesona Hutan di Kaki Gunung Agung, Bali
Photo by, travelnix.com
Tinggalkan Balasan