Sejarah Perayaan Wisuda Hingga Filosofi Toga Yang Mungkin Belum Kamu Ketahui
Wisuda – Apa sih ciri khas nya perayaan wisuda ?
Mungkin sobat akan menjawab seputar toga, kebaya, foto bareng keluarga besar, senang-senang pokoknya.
Adakah diantara sobat yang bertanya-tanya kenapa ya :
- Pakaian wisuda itu harus merah. Eh salah, maksudnya hitam
- Topi toga bentuknya persegi, trus ada bandulnya segala
- Trus kenapa harus dilempar-lempar segala, trus dilemparnya keatas kok ga kesamping aja
Haha.. Mungkin itu pertanyaan yang absurd.
Tapi kalo dipikir-pikir kenapa ya ?
Pasti ada maknanya..??
Dan mungkin kalian belum tahu.
Mungkin saat ini yang terbesit dipikiran sobat mengenai acara wisuda yaitu pakai toga yang serba hitam topi persegi dengan pita, foto-foto dengan sanak famili. Iya itu memang benar, tapi jika hanya itu saja yang sobat ketahui, berarti sobat musti baca ulasan mengenai sejarah perayaan wisuda beserta filosofi toga dibawah ini.
Wisuda merupakan acara perayaan atas selesainya studi disebuah universitas. Kata toga berasal dari tego, dalam bahasa latin berarti penutup.
Sejarahnya memang berasal dari dunia barat. Sering dikaitkan dengan bangsa Romawi, padahal sesungguhnya jubah toga berasal dari daerah italia. Dahulu orang-orang Italia menggunakan pakaian semacam jubah untuk dipakai ketika berada diluar ruangan. Kemudian Orang romawi menggunakan toga berupa kain wol tebal sebagai busana yang pantas dipakai diluar ruangan. Lama-kelamaan toga dipakai juga untuk acara perayaan, seperti perayaan wisuda.
Pakaian wisuda yang identik dengan warna hitam menyimbolkan misteri kegelapan yang telah dikalahkan oleh wisudawan ketika diperkuliahan. Arti lain yaitu para sarjana mampu menyibak kegelapan dengan ilmu yang telah diperolehnya selama kuliah. Warna hitam juga melambangkan keagungan.
Topi toga yang berbentuk persegi melambangkan agar para sarjana mampu berpikir rasional dan melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Jadi jangan sampai ketika sudah sarjana pikiran kita masih berpikir sempit.
Sedangkan kuncir pita yang semula dikiri kemudian dipindah kekanan, itu maksudnya adalah ketika diperkuliahan banyak dilatih menggunakan otak kiri, yaitu tempatnya hafalan dan bahasa. Dan diharapkan ketika lulus nanti para sarjana juga menggunakan otak kanan, yaitu tempatnya berpikir tentang imajinasi, kreativitas dan inovasi.
Sedangkan melempar toga merupakan sebuah ekspresi kebahagiaan saja, layaknya siswa SMA yang corat-coret baju ketika baru lulus sekolah.
Mungkin sebagian orang memaknai dilemparnya toga keatas itu agar nantinya bisa mencapai cita-cita setinggi toga yang mereka lempar, tapi ya musti liat-liat juga nglemparnya, jangan sampe malah nyangkut di pohon, bisa berabe ntar.
Quote: Kalo masalah dilempar atau enggak, itu sih terserah sob aja. Dilempar boleh, kagak juga boleh
Justru yang jadi masalah itu bagaimana para wisudawan bisa menemukan topi wisudanya masing-masing, jika dilemparnya secara bersamaan ?
Masih untung jika didalam topi itu ada namanya, jika enggak gimana…, bisa-bisa ketuker punya orang.
Kalo ketuker sama orang yang sewa ditempat yang sama sih gapapa, cz bakalan balik juga. Nah kalo tempat sewa toganya beda, kan bisa jadi masalah jika mereka minta uang charge atau uang denda.
Nah kalo ditanya kenapa dilemparnya keatas, ga kesamping, gini penjelasannya.
Kalo dilempar keatas, nanti jatuhnya juga ke kita lagi kan. Lain halnya jika dilemparnya ke samping, ntar kena teman-teman sobat gimana, sob ga lagi ngajak brantem orang kan ? hehe..
Lagi pula kalo dilemparnya ke samping ditempat yang sepi pun, sob pasti ngambilnya kejauhan. Dan yang pasti kurang kerjaan banget.
Mungkin sekian ulasan mengenai sejarah wisuda, dan filosofinya. Semoga artikel ini bermanfaat.
Dan harapan kami bagi calon wisudawan atau yang sudah diwisuda jadilah sarjana yang bisa membantu masyarakat ekonomi bawah dan mampu mengurangi angka pengangguran di negeri kita ini. Amin.
Baca Juga :
Tinggalkan Balasan