Warung Soto Jogja Dengan View Candi Sambisari, Saoto Bathok Mbah Katro
Warung soto Jogja yang satu ini memang tidak biasa, bukan karena penamaannya yang sekilas membuat yang melihat akan mengira sudah diplesetkan, tetapi karena si empunya warung seperti sengaja memanjakan Anda tidak hanya dengan hidangan yang menggoda selera, tetapi juga dengan panorama pagi dari tepian candi Sambisari di kawasan Kalasan.
Tepat sekali, lokasi warung soto satu ini memang hanya beberapa puluh meter selatan candi Sambisari. Bahkan saking dekatnya, Anda bisa menikmati view puncak candi dengan berleha-leha duduk di lesehan bale-balenya. Memang hanya puncak candi yang bisa Anda lihat, mengingat candi Sambisari ini terbilang unik karena tertanamse tidaknya 6 meteran di bawah tanah. Jadi candi sari ini berada lebih rendah dari lingkungan sekitarnya.
Sudah buka sejak pulul 6 pagi, hidangan soto daging sapi segar berkuah bening semburat kuning berkat bumbu kunyitnya yang sedikit pekat memberi Anda pengalaman sarapan istimewa. Apalagi suasana di sekitar kawasan warung terbilang sangat asri dan alami.
Warung makan berbentuk rangkaian bale-bale bambu dengan beberapa permainan sederhana seperti jungkat jungkit dan ayunan yang semuanya dibuat dari bahan bambu. Di sekitar bale-bale dikelilingi lahan yang menjadi perkebunan rakyat sekitar, kadang ditanami aneka sayuran, tanaman cabai, kacang atau mungkin tomat.
Rasanya tak ubahnya sedang berlibur di tengah perkebunan di pagi hari saja. Bagaimana tidak istimewa. Apalagi udara di kawasan candi Sambisari ini relatif dingin karena lokasinya juga tak terlalu jauh dari kawasan Merapi. Tak akan percuma bertandang awal menembus pagi ke warung makan satu ini. Toh Anda memang akan dipuaskan oleh pesona panorama alami ala pedesaan dan hidangan yang akan memuaskan.
Dan soal hidangan, jelas hidangan soto satu ini juga memiliki rasa yang memuaskan selera pagi Anda. Dengan menggunakan penamaan ala Solo, yakni saoto, soto bening ini berisi daging sapi dalam potongan dadu, tauge tanpa bihun. Biasanya sebagai teman tersedia tempe goreng tepung, sate telur puyuh dan sate ati bumbu bacem, juga sambal dan irisan jeruk nipis.
Dan yang membuat hidangan terasa unik, hidangan soto segar ini disajikan dalam mangkuk yang terbuat dari bathok kelapa. Inilah awal mula penamaan Saoto Bathok. Bahkan hidangan lauknya juga disajikan dalam piring-piring tanah liat. Rasanya memang berbeda ketika segalanya dibuat serba natural.
Menarik sekali, Mbah Katro dulunya adalah seorang karyawan sebuah hotel yang memutuskan membuka sendiri usaha soto di lahan pribadinya. Tak dinyana dengan ide uniknya, kini nama Saoto Bathok Mbah Katro bisa menyamai nama besar soto-soto khas Jogja lain. Dan menambah ragam khasanah warung soto Jogja yang siap menjamu Anda dengan kuah segarnya yang memikat.
Baca juga : Kuliner Bantul Bakmie Jawa Kelas Ekonomi, Mie Lethek
Photo by, Akhmad Arif Abduh
Tinggalkan Balasan